19 September 2022 - 11:48 WIB | Dibaca : 423 kali

Pacu Produksi Pangan?? 7 Juta Petani Tak Kebagian Pupuk Subsidi

Laporan : Tim Swara
Editor : Noviani Dwi Putri

Itu pasti petani akan berteriak karena hanya mendapatkan 1/3 dari kebutuhan mereka

SWARAID, JAKARTA: Kebutuhan pupuk subsidi bagi petani mencapai 25 juta ton, sementara produksi pupuk yang tersedia di Sistem Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK) penerimaan Pupuk Subsidi hanya 9 juta ton saja.

Ini artinya, produksi pupuk belum bisa memenuhi kebutuhan petani. Malah, 7 juta petani dikatakan tidak kebagian pupuk subsidi.

Lantas bagaimana bisa memenuhi keinginan Presiden Joko Widodo untuk memacu produksi pangan.

Dikatakan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Bakir Pasaman,

“Jadi permasalahan pupuk langka ini sudah pasti diteriakkan (petani),” kata Bakir dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (19/9/22).

“Itu pasti petani akan berteriak karena hanya mendapatkan 1/3 dari kebutuhan mereka,” imbuh Bakir.

Dijelaskan Bakir lebih lanjut, datanya ada 24,6 juta petani yang membutuhkan pupuk subsidi. Di mana baru 69% atau 17 juta petani yang terdaftar E-RDKK, sisanya 30% diantaranya atau 7,61 juta yang belum terdaftar dalam E-RDKK.

“Jadi seluruh petani di Indonesia otomatis akan teriak pupuk langka, pasti ada yang kebagian pupuk subsidi,” katanya.

Baca Juga :  Buat Gerakan Pemberdayaan Petani, Ratusan Pupuk Gratis Dibagikan untuk Petani Karet dan Sawit

Dari paparannya, dikatakan penyaluran pupuk dari PT Pupuk Indonesia (Persero) yang subsidi Agustus – Desember 2022 mencapai 2,9 juta ton untuk jenis Urea dan NPK.

Sedangkan pupuk non subsidi mencapai 1,5 juta ton untuk jenis Urea, NPK, ZA, SP-36, Dari total produksi mencapai 5,8 juta ton. Artinya masih ada sekitar 1,3 juta ton pupuk untuk cadangan di 2023.

“Rata-rata cadangan stok pupuk 275% di atas ketentuan,” kata Bakir.

Sementara realisasi penyaluran pada pada Agustus saat ini sudah mencapai 63%, Bakir berharap pada Desember bisa mencapai 92%.

Untuk diketahui dari Permentan 10/2022 ada pengurangan komoditas yang menerima pupuk subsidi dari 70 menjadi 9, yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao rakyat, dan kopi rakyat.

Adapun pengurangan jenis pupuk yang disubsidi juga kini hanya 2 jenis yakni hanya NPK dan Urea saja.

Sementara Anggota Komisi VI DPR RI Rudi Hartono Bangun mengatakan, petani banyak yang mengeluhkan harga eceran tertinggi varian pupuk yang dirasakan mahal.

Baca Juga :  Gubernur Sumsel dan Bupati Banyuasin Panen Raya di Desa Telang Jaya, Muara Telang

“Stok pupuk Urea dan NPK ini kawan petani ini mengeluhkan stok keberadaannya yang katanya langka. Apakah langkah itu di distributor atau agen mohon penjelasan,” katanya.

Selain itu dia mempertanyakan hanya 9 juta ton untuk pupuk subsidi sedangkan kebutuhan mencapai 25 juta ton. Dia meminta PT Pupuk Indonesia (Persero) mengajukan tambahan kuota pupuk subsidi.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan penanaman tambahan jagung, kedelai, cabai, dan bawang. Setelah itu, BUMN juga diperintahkan menyerap semua hasil produksi petani.

Hal itu disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Senin (19/9/22).

“Ada 2 rapat internal terbatas oleh bapak Presiden. Satu terkait kedelai, yang kedua terkait bawang merah, cabai, dan berbagai produk hortikultura yang ada,” kata Syahrul, ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden.

Sebelumnya, Jokowi pun meminta seluruh kalangan masyarakat berkonsolidasi, terutama karena saat ini dunia tengah menghadapi goncangan besar, mulai dari perang, krisis pangan, finansial, hingga energi.

“Dari pandemi, kita belajar banyak menghadapi guncangan-guncangan. Belajar sangat banyak, perlu konsolidasi agar bisa bersama-sama dari pusat, provinsi, daerah sampai ke tingkat RT, bergabung dengan Ormas, TNI, Polri, semua kerja bersama-sama. Konsolidasi seperti itu yang harus kita bersama-sama lakukan karena perang, karena krisis energi, pangan, finansial dan bisa konsolidasi dari atas sampai ke bawah,” paparnya di depan para ekonom, Rabu (7/9/22).

Baca Juga :  Ini Yang Dilakukan DPKP Kota Palembang Untuk Mendorong Produktivitas Petani

Komentar