Dampak yang paling buruk adalah membuat pertanian menjadi gagal panen. Hal ini bisa mengganggu ketahanan pangan
SWARAID, PALEMBANG: Petani dan stakeholder terkait di Palembang diimbau agar menyiapkan mitigasi bencana.
Ini lantaran Palembang telah ditetapkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masuk dalam status bencana hidrometeorologi.
Diterangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa status bencana hidrometeorologi bisa berdampak buruk terhadap pertanian.
“Dampak yang paling buruk adalah membuat pertanian menjadi gagal panen. Hal ini bisa mengganggu ketahanan pangan,” ujarnya.
Disampaikan pula oleh Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil, mitigasi adalah hal penting.
“Bencana alam adalah hal yang tidak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, petani harus menyiapkan langkah atau mitigasi untuk mengatasinya,” katanya.
Maka langkah terbaik untuk menjaga lahan adalah mengasuransikannya.
“Asuransi akan membuat petani tetap tenang meski cuaca sedang tidak bersahabat,” ucapnya.
Dijelaskannya, asuransi memiliki klaim yang akan dikeluarkan ketika lahan gagal panen.
“Dengan klaim itu, petani tetap memiliki modal untuk tanam kembali. Sehingga petani terhindar dari kerugian dan kebutuhan tetap terpenuhi,” katanya.
Status bencana hidrometeorologi merupakan kondisi daerah yang berpotensi mengalami banjir dan puting beliung akibat anomali cuaca.
Kondisi alam tak menentu itu bisa memicu gagal panen saat musim tanam kedua berlangsung.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Palembang, Sayuti, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang masif mensosialisasikan mitigasi kebencanaan kepada petani.
Pemkot mengantisipasi persoalan gagal panen akibat status bencana hidrometeorologi. “Peningkatan curah hujan hingga awal tahun depan berpotensi memicu gagal panen. Petani di Palembang mulai diedukasi pencegahannya,” ujarnya.
Komentar