Penulis : M. Anwarul Fitro*)
Public Relations (PR) merupakan wajah yang merepresentasikan sebuah organisasi di mata publik, baik dalam lingkup bisnis maupun pemerintahan. Dalam menjalankan peran strategis ini, etika menjadi fondasi utama yang harus dimiliki oleh setiap praktisi PR agar mampu membangun dan menjaga citra positif lembaga yang diwakilinya.
Dalam jurnal berjudul “Pentingnya Etika dan Komunikasi bagi Public Relation” yang ditulis oleh Nashicul Anwar, ditegaskan bahwa keberhasilan seorang PR sangat bergantung pada dua hal: etika dan komunikasi. Etika menjadi dasar integritas dan kepercayaan, sedangkan komunikasi efektif adalah alat utama dalam menciptakan hubungan harmonis dengan publik. Kolaborasi keduanya akan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, memperkuat citra organisasi, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Komunikasi yang buruk sering kali menjadi penyebab utama terganggunya citra organisasi. Di sisi lain, etika berperan sebagai nilai yang menuntun cara berkomunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Tanpa etika, komunikasi yang dilakukan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman hingga merusak reputasi organisasi.
Contoh nyata pentingnya etika dalam komunikasi PR tercermin dalam pengunduran diri Hasan Nasbi, juru bicara Presiden, yang dinilai terkait dengan pernyataannya tentang teror “kepala babi” terhadap redaksi Tempo. Pernyataan tersebut menuai kontroversi dan dinilai tidak mencerminkan komunikasi yang beretika dari seorang juru bicara kenegaraan. Hal ini menjadi bukti bahwa kecakapan berbicara saja tidak cukup bagi seorang PR, namun harus dibarengi dengan kepekaan etis dalam menyampaikan pesan.
Fenomena ini mempertegas bahwa etika dan komunikasi tidak bisa dipisahkan dalam praktik kehumasan. Keduanya adalah bekal utama bagi seorang PR untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap institusi yang diwakilinya.
*) Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam
Komentar