SWARAID, BANYUASIN: Puluhan warga Desa Langkan, Kecamatan Banyuasin III melakukan aksi demonstrasi dengan menghentikan aktivitas alat berat yang tengah melakukan penggalian di lahan sawah seluas 250 hektar.
Aksi warga ini dipicu karena sebagian warga merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
“Lahan itu sudah kami garap sejak 1985, kami yang membuka nya. Ini bukan rawa, dulunya lahan mangrove, hutan bakau, dari 1985 sampai 2000 masih kami tanam padi. Tapi sejak 2000 sampai sekarang padi yang kami tanam susah tumbuh karena faktor alam yang tidak bersahabat,” ungkap Junaidi, salah seorang warga pemilik lahan persawahan Dusun Bengkuang, Desa Langkan, Kecamatan Sembawa, saat diwawancarai di lokasi lahan, Sabtu (22/7/23).
Sejak saat itu warga menuturkan tidak lagi menggarap areal persawahan tersebut.
Kemudian, dikatakan Junaidi bahwa Ismail Madani yang merupakan salah seorang ketua kelompok tani menginisiasi untuk membentuk Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan yang bertujuan untuk mengelolah lahan sawah dusun bengkuang seluas 250 hektar tersebut.
Namun warga sangat menyayangkan, terlebih pemilik lahan yang telah sejak lama memggarap lahan tersebut mengaku tidak pernah dilibatkan dalam keanggotaan.
“Kami tidak didata dan dilibatkan, kami tidak menghalangi pembentukan kelompok, tapi harapan kami warga yang sudah punya lahan disini diajak dan tetap mengelola lahan yang sudah kami miliki, jangan dibagi-bagi lagi ke orang lain,” keluh dia.
“Rencana informasi yang kami dengar, akan dibuatkan lahan percetakan sawah 1 hektar 1 KK, mau dibuatkan kolam, dibuatkan rumah dan akan dibantu uang sebesar 5 juta per KK. Intinya kami yang punya lahan sejak tahun 85 tetap akan mempertahankan hak kami jangan sampai hilang. Dan kami tidak setuju kalau anggota kelompok tani bukan asli warga Desa Langkan,” sambungnya.
Warga menduga bahwa sejumlah anggota kelompok tani yang terbentuk telah diisi oleh bukan penduduk asli Desa Langkan. Dari penuturan warga, banyak warga Provinsi Lampung yang menjadi anggota kelompok tani tersebut dan mendapatkan jatah lahan percetakan sawah yang tengah digarap.
“Kami mohon kepada Bupati, Wakil Bupati, Dinas Pertanian, BPN, Camat, dan pihak Kepolisian, sebelum ada penyelesaian hak kami dikembalikan kepada kami, kami mohon alat berat ini jangan dioperasikan dulu,” tegasnya.
Sementara, Kades Langkan, Ahmad Kholid Dulay saat menjumpai warga menjelaskan bahwa kegiatan yang saat ini dikerjakan merupakan program percetakan sawah yang dilaksanakan oleh Gapoktan Desa Langkan, sebelumnya Bupati Banyuasin juga telah meresmikan program ini, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan dari Kementerian Pertanian guna meninjau langsung lahan yang dipersiapkan.
“Sebenarnya warga yang hari ini melakukan penyetopan terhadap aktivitas alat berat ini, sebagian banyak yang sudah masuk menjadi anggota kelompok tapi mereka kurang disiplin, tidak mau ikut iuran, tidak mau gotong royong, akhirnya memilih keluar dari keanggotaan,” jelas Kholid.
“Alat yang kita dapat pinjaman dari Pemda ini, kita cuma fisik alat saja, operasional operator dan BBM kita swadaya dari anggota kelompok, bahkan untuk kerusakan kita perbaiki sendiri,” sambung dia.
Kholid menerangkan bahwa lahan yang akan dikelola ini memiliki luasan 250 hektar, yang artinya lahan tersebut akan dibagikan kepada 250 orang anggota kelompok tani yang terdaftar. Kepala Desa menegaskan, untuk masuk sebagai anggota kelompok tentunya harus memenuhi syarat, salah satunya anggota kelompok harus merupakan penduduk asli atau pribumi dari Desa Langkan sendiri.
“Terkait ada warga yang bukan asli penduduk Langkan, kita tidak melihat begitu. Pemerintah Desa akan tetap bersikap adil, meskipun orang tersebut tidak lahir di desa langkan namun telah lama berdomisili di Desa Langkan, tetap kita perbolehkan untuk ikut bergabung menjadi anggota asalkan mau disiplin dan bergotong royong,” jelasnya.
Komentar