21 September 2020 - 12:52 WIB | Dibaca : 1,392 kali

Air Hujan, Emas Di Daerah Perairan Air Payau

Laporan : Novi
Editor : Egi Saputra

SwaraID – Banyuasin, (21/09/20) : Memasuki musim penghujan adalah saat-saat paling menggembirakan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang masih bergantung dengan ketersediaan air hujan. Seperti beberapa desa di wilayah kecamatan Muara Telang, Sumber Marga Telang, dan Banyuasin II. Letaknya di perairan pasang surut yang dipengaruhi oleh air laut membuat desa-desa di wilayah tersebut sangat bergantung dengan ketersediaan air hujan. Tidak hanya untuk keperluan konsumsi namun juga untuk pengairan pertanian.

Berdasarkan penelusuran SwaraID di beberapa desa di tiga kecamatan tersebut, warga masih mengandalkan air hujan untuk keperluan konsumsi dan pengairan lahan pertanian.

“Kalau untuk mandi dan nyuci kami tidak kekurangan air sungai tapi kalau masak, minum tetap perlu air hujan. Tapi kalau kemarau, air asin, nah disitulah kami kesulitan,” demikian penuturan Ijah (50) warga desa Terusan Dalam kecamatan Muara Telang.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Sri (27) warga desa Talang Lubuk kecamatan Sumber Marga Telang

“Kalau sudah tidak hujan, kami harus beli air. Yang utama untuk masak. Terus kalau sudah masuk air asin, kadang juga bisa bikin alergi, terutama anak-anak. Jadi kadang untuk anak-anakpun terpaksa dimandikan pakai air beli,” keluh ibu tiga anak tersebut.

Baca Juga :  Perusahaan Tembakau Besar Lirik Ganja Sebagai Bagian dari Masa Depan Rokok

Kualitas yang buruk dari air tanah di daerah tersebut tidak memungkinkan bagi warga untuk menggunakan air sumur. Telah beberapa kali dicoba melakukan pengeboran tapi tidak juga menemukan kualitas air yang layak konsumsi.

“Kalaupun ada, itu harus dalam sekali. Biayanya juga tidak sedikit, bisa mencapai 20-25 jutaan,” Karno (55) warga Desa Sumber Mulya, kecamatan Muara Telang.

Keluhan masyarakat tidak hanya untuk keperluan konsumsi saja, pengairan lahan pertanian juga begitu tergantung dengan air hujan.

“Kami musim tabur mengikuti cuaca, kalau sudah mulai musim hujan barulah kami bisa mulai nabur benih. Makanya kami cuma bisa sekali panen dalam setahun,” demikian penjelasan Iwan warga Desa Telang Indah kecamatan Muara Telang.

Bergeser ke kecamatan Banyuasin II, letaknya di muara sungai musi yang begitu dekat dengan laut membuat warganya sudah tidak asing dengan asinnya air laut. Bahkan sumur bor pun masih terasa payau dan tidak bisa dikonsumsi.

“Masih terasa payau, air sumur paling cuma untuk mandi dan nyuci saja. Kalau masak kami tetap pakai air hujan atau air galon. Sumur bor juga kalau yang mampu, kalau tidak ya kayak kami, sedot air laut,” tutur Lili (39) kepada SwaraID.

Baca Juga :  Komitmen Penuhi Aspirasi Anak-anak Dalam Proses Pembangunan SDM

Bahkan ada hal menarik yang kami temui di kampung nelayan ini, masih banyak masyarakat yang gemar meminum air hujan tanpa dimasak. Terlepas dari sehat atau tidak, mereka mengaku meminum air hujan mentah yang sudah menjadi kebiasaan turun temurun ini terasa lebih segar dan memuaskan.

Komentar